
Budi Utomo, S.E., M.M.Inov.
ybu.bima@gmail.com
FOLU (Forest and Other Land Use) Net Sink 2030 merupakan skenario di mana sektor kehutanan dan lahan Indonesia dapat menyerap emisi karbon dalam jumlah yang lebih besar daripada yang dihasilkannya, dengan target emisi negatif -140 juta ton CO2e pada tahun 2030. Agar Indonesia dapat mencapai target FOLU Net Sink 2030, diperlukan penurunan emisi gas rumah kaca yang berasal dari kehutanan dan lahan, disertai peningkatan kemampuan penyerapan karbon. Hal ini dapat dicapai melalui berbagai inisiatif, termasuk menjaga hutan, menanam kembali pohon, mengelola lahan gambut, menegakkan hukum, dan membuat kebijakan keuangan yang berpihak pada sektor FOLU. Inisiatif-inisiatif ini secara kolektif disebut sebagai Mitigasi Perubahan Iklim.
Mitigasi perubahan iklim di wilayah pesisir mencakup berbagai komponen, termasuk mengurangi emisi gas rumah kaca, meningkatkan ketahanan ekosistem pesisir, dan memungkinkan masyarakat beradaptasi dengan tantangan terkait iklim seperti peningkatan permukaan air laut dan banjir akibat pasang surut. Upaya mitigasi pesisir juga penting untuk melestarikan aset alam seperti hutan bakau dan terumbu karang, yang berkontribusi secara signifikan terhadap penangkapan karbon dan pengamanan garis pantai.
Faktor-faktor dalam Menangani Perubahan Iklim di Sepanjang Pantai meliputi 1) Meningkatkan Kekuatan Ekosistem Pesisir seperti inisiatif yang bertujuan untuk menjaga dan merevitalisasi ekosistem mangrove, yang sangat penting untuk penangkapan karbon dan perlindungan garis pantai dari erosi; menciptakan teknologi dan praktik berkelanjutan untuk mengelola sumber daya pesisir; mempromosikan pelestarian terumbu karang yang mendukung berbagai kehidupan laut, termasuk berbagai spesies ikan; 2) Menyesuaikan Masyarakat Pesisir melalui upaya untuk memperkuat daya tahan infrastruktur dan fasilitas umum terhadap dampak perubahan iklim; merumuskan rencana adaptasi yang berfokus pada masyarakat, seperti menanam tanaman hijau di bukit pasir dan mengelola sumber daya air tawar; meningkatkan sistem peringatan untuk gelombang pasang dan naiknya permukaan laut; 3) Ekonomi Pesisir yang Berkelanjutan mencakup berbagai upaya yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan penduduk pesisir dengan mempromosikan berbagai inisiatif ekonomi yang ramah lingkungan, seperti ekowisata dan budidaya rumput laut; memungkinkan masyarakat pesisir untuk memanfaatkan sumber daya dan pasar yang lebih luas; dan menciptakan kemajuan teknologi serta pendekatan yang memfasilitasi pertumbuhan berkelanjutan dalam ekonomi pesisir; 4) Mitigasi Bencana melibatkan berbagai inisiatif yang dirancang untuk meningkatkan kesiapan masyarakat terhadap berbagai potensi ancaman seperti banjir, erosi pantai, dan badai; menciptakan berbagai strategi manajemen bencana yang kohesif dan berkelanjutan; dan membangun unit tanggap bencana yang terampil dan terorganisasi; 5) Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca mencakup berbagai inisiatif yang berfokus pada peningkatan kesadaran publik mengenai perlunya mengurangi penggunaan energi dan meminimalkan ketergantungan pada bahan bakar fosil; mempromosikan penerapan sumber energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin; dan meningkatkan efisiensi energi di berbagai sektor, termasuk transportasi, manufaktur, dan infrastruktur. Berdasarkan informasi di atas, YBUB berkesimpulan bahwa upaya-upaya tersebut dapat dilaksanakan secara sukses dalam satu inisiatif yang difokuskan pada mitigasi perubahan iklim, khususnya Pengembangan Wisata Alam Pesisir (Mangrove). Melalui pengembangan wisata alam pesisir (Mangrove), YBUB dapat melakukan berbagai persiapan, antara lain memberikan wawasan pariwisata, inisiatif untuk merehabilitasi wilayah pesisir, menjaga kehidupan laut, meningkatkan penghidupan penduduk pesisir, memasukkan pengarusutamaan gender, melakukan kajian lingkungan pesisir, membuat peta dan dokumentasi terkait wisata alam pesisir, serta berbagai kegiatan lainnya.